Muslimah Hafsari lahir di Dusun Rasau, Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, 27 Februari 1952, Muslimah Hafsari lahir dari pasangan KA Abdul Hamid dan Salma Syarif, menikah dengan seorang pegawai PN Timah bernama Hazali Ali. Bu Muslimah adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara, dan dari pernikahannya mempunyai 3 orang anak. Wanita lembut ini adalah pengajar pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka. Bu Muslimah merupakan salah satu tokoh yang di angkat dalam novel paling fenomenal di Indonesia
"Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata
Rasa cinta yang begitu besar agar anak anak kampung menjadi pintar, berbuah berkah yang melimpah. Murid2nya yang saat itu masih SD, sekarang banyak yang berhasil meraih pendidikan sarjana dan master. Banyak juga yang meraih posisi diperusahaan yang hebat.
Berkah yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Andrea Hiranata yang mengisahkan perempuan itu dalam buku Laskar Pelangi, kini menjadi penulis handal.
Menjadi guru, kata Bu Muslimah adalah panggilan jiwa. Menurut Bu Muslimah, guru yang berhasil adalah guru yang mampu menyampaikan pelajaran kehidupan pada siswanya. Dan guru yang mengajarkan kehidupan tidak harus pintar. kata dia, seorang guru juga harus bijaksana. Murid dengan karakter, pendiam, usil, pintar, lambat mengerti adalah tantangan bagi seorang guru. Guru yang bijak bisa memahami keinginan murid-muridnya.
Muslimah tidak pernah menduga kisah hidupnya akan menginspirasi jutaan orang. Tak pernah pula ia menduga, figurnya akan diangkat ke layar lebar hingga mendapat apresiasi dari pemerintah. Bagi bu Mus tak ada hal yang dapat lebih membanggakan selain melihat murid2nya berhasil mengejar pelanginya.
Pengabdian Bu Muslimah telah menjadi inspirasi bagi kaum guru. Bahkan pemerintah terkesan dan menggajarnya dengan penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Satya Lencana Pendidikan. Muslimah sebuah nama yang tercetak abadi disalah satu buku best seller di negeri ini "laskar Pelangi" karya Andrea Hirata. Tapi Muslimah tidak pernah meminta apapun. Bahkan ia lebih memilih meninggalkan pesan, “kalau kita sudah tinggi, tidak usah disanjung-sanjung, nanti jatuh ke buminya lebih tinggi lagi”.
"Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata
Rasa cinta yang begitu besar agar anak anak kampung menjadi pintar, berbuah berkah yang melimpah. Murid2nya yang saat itu masih SD, sekarang banyak yang berhasil meraih pendidikan sarjana dan master. Banyak juga yang meraih posisi diperusahaan yang hebat.
Berkah yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Andrea Hiranata yang mengisahkan perempuan itu dalam buku Laskar Pelangi, kini menjadi penulis handal.
Menjadi guru, kata Bu Muslimah adalah panggilan jiwa. Menurut Bu Muslimah, guru yang berhasil adalah guru yang mampu menyampaikan pelajaran kehidupan pada siswanya. Dan guru yang mengajarkan kehidupan tidak harus pintar. kata dia, seorang guru juga harus bijaksana. Murid dengan karakter, pendiam, usil, pintar, lambat mengerti adalah tantangan bagi seorang guru. Guru yang bijak bisa memahami keinginan murid-muridnya.
Muslimah tidak pernah menduga kisah hidupnya akan menginspirasi jutaan orang. Tak pernah pula ia menduga, figurnya akan diangkat ke layar lebar hingga mendapat apresiasi dari pemerintah. Bagi bu Mus tak ada hal yang dapat lebih membanggakan selain melihat murid2nya berhasil mengejar pelanginya.
Pengabdian Bu Muslimah telah menjadi inspirasi bagi kaum guru. Bahkan pemerintah terkesan dan menggajarnya dengan penghargaan Satya Lencana Pembangunan dan Satya Lencana Pendidikan. Muslimah sebuah nama yang tercetak abadi disalah satu buku best seller di negeri ini "laskar Pelangi" karya Andrea Hirata. Tapi Muslimah tidak pernah meminta apapun. Bahkan ia lebih memilih meninggalkan pesan, “kalau kita sudah tinggi, tidak usah disanjung-sanjung, nanti jatuh ke buminya lebih tinggi lagi”.
0 komentar:
Post a Comment